love ~ love ~ love ~love

love ~ love ~ love ~love

Jumat, 16 April 2010

Low Back Pain

A. Pengertian Nyeri (Pain)

Menurut Subu (2005) nyeri adalah sensasi yang tidak enak dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang merupakan kombinasi dari respon sensoris, afektif dan kognitif sehingga hubungan nyeri dengan kerusakan jaringan tidak sama dan tidak konstan. Akibatnya rasa nyeri itu subyektif sehingga laporan atau keluhan dari pasien merupakan penilaian yang paling berarti (gold standart). Nyeri adalah pengalaman sensoris yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jaringan aktual atau potensial (Sodikin, 2001 cit International Assosiation For the Study of Pain, 1986).

Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, rasa nyeri timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 1997).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual dan potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya. Yang ada kapanpun individu mengatakannya. Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera spesifik. Sedangkan nyeri kronik adalah konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu (Smeltzer, 2001).

B. Fisiologi Nyeri

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif. Sensitivitas dari komponen sistem nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain (Smeltzer, 2001).

Menurut Mc. Nair (1990) nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu (Potter dan Perry, 2005):

1). Usia

2). Jenis kelamin

Menurut Gill (1990) secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam mengekspresikan nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang telah melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3). Kebudayaan

Menurut Calvillo dan Flaskerud (1991) keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

4). Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan terasa lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap di banding pada hari akhir yang melelahkan.

5). Pengalaman sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.

6). Dukungan keluarga dan sosial

Menurut Meinhart dan Mc. Caffery (1983) faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu dari kelompok sosio budaya yang berbeda memiliki harapan yang berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan meraka tentang nyeri.

b. Pengkajian intensitas nyeri

Menuru Smeltzer (2001) dalam melakukan pengkajian nyeri dapat dilihat dalam berbagai cara mengenai:

1). Intensitas nyeri

Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Mis: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat.

2). Karakteristik nyeri

Termasuk letak, durasi, irama, kualitas.

3). Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Mis: gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas dan sebagainya.

4). Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari

Mis: tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai.

5). Kekhawatiran individu tentang nyeri

Meliputi berbagai masalah yang luas seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh, terhadap peran dan perubahan citra diri.

C. Definisi Nyeri Pinggang Bawah (Low back Pain)

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). nyeri juga bisa menjalar kedaerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher, Salmond dan Pellino, 2002). Gejala yang dirasakan pada orang yang menderita LBP bermacam – macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, nyeri tajam, hingga kelemahan pada tungkai.

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya (Noviar, 2008). Nyeri punggung bawah (LBP) di definisikan sebagai nyeri yang dirasakan antara lipatan gluteal pada batas bawah dan kosta terakhir pada batas atas (Anonim, 2003).

Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut kronik (Samuel, 2005).

Nyeri punggung bawah atau nyeri pinggang atau nyeri boyok adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat terujuk kedaerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan diderah punggung bawah (Meliala dkk, 2000). Nyeri Punggung Bawah atau Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung bagian bawah. Nyeri ini dapat diakibatkan oleh karena adanya gangguan pada organ-organ di punggung, seperti ginjal dan saluran kemih (viscerogenic), gangguan pembuluh darah (vasculogenic), gangguan saraf (neurogenic), gangguan tulang dan otot (spondilogenic), dan gangguan psikologis (psychogenic).

Nyeri pinggang bawah dapat dibagi dalam 6 jenis nyeri, yaitu:

1. Nyeri pinggang lokal

Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan ligamen.

2. Iritasi pada radiks

Rasa nyeri dapat berganti-ganti dengan parestesi dan dirasakan pada dermatom yang bersangkutan pada salah satu sisi badan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan oleh proses desak ruang pada foramen vertebra atau di dalam kanalis vertebralis.

3. Nyeri rujukan somatis

Iritasi serabut-serabut sensoris dipermukaan dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom yang bersangkutan. Sebaliknya iritasi di bagian-bagian dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

4. Nyeri rujukan viserosomatis

Adanya gangguan pada alat-alat retroperitonium, intraabdomen atau dalam ruangan panggul dapat dirasakan di daerah pinggang.

5. Nyeri karena iskemia

Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Dapat disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis.

6. Nyeri psikogen

Rasa nyeri yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang sering berlebihan (Rumawas RT, 1996).

Sedangkan menurut Idyan,Zamna (2007), Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum. LBP adalah nyeri punggung bawah yang berasal dari tulang belakang, otot, saraf atau struktur lain pada daerah tersebut.

Menurut Samara (2004) definisi yang lengkap tentang nyeri punggung bawah adalah yang dibuat oleh International Association For the Study Of Pain (IASP) yang berdasarkan topografi anatomic, yaitu yang terdiri dari :

(1) Lumbar Spinal Pain

(2) Sacral Spinal Pain, dan

(3) Lumbosacral Pain (Lamsudin, 2001).

D. Manifestasi Klinis LBP

Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing - masing seperti beberapa contoh dibawah ini:

1. LBP akibat sikap yang salah

Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak enak namun lokasi tidak jelas. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna, walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak. Lordosis yang menonjol tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon. Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan (Sidharta,Priguna.,2004).

2. Pada Herniasi Diskus Lumbal

Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak enak, sering intermiten, wala kadang onsetnya mendadak dan berat. Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau bersin Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit difleksikan. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh. Setelah periode tertentu timbul skiatika atau iskialgia.

3. LBP pada Spondilosis

Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis, dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena dan dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan reflex, terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang menekan medulla spinalis.Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal.

4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis

Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol. Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra atau lokal dan menghilang bila istirahat. Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus (akibat abses dingin), Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis), diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks Babinsky bilateral. dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra. Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul terutama gangguan motorik

5. LPB pada Spondilitis Ankilopoetika

Biasanya dirasakan pada usia 20 tahun, tidak hilang dengan istirahat dan tidak diperberat oleh gerakan. Pemeriksaan fisik menunjukkan pembatasan gerakan disendi sakrolumbal dan seluruh tulang belakang lumbal. Laju endap darah meninggi. Terjadi osifikasi ligamentainter spinosa (Mansjoer Arif, et all, 2007).

Menurut Badriah (2002), nyeri punggung bawah dapat diketahui dengan memperhatikan gejala yang muncul atau dirasakan oleh penderita yaitu sebagai berikut :

a. Gejala ringan, seperti nyeri mendadak pada tulang belakang, pegal dan terasa panas.

b. Terasa sakit bila digerakkan baik pada saat membungkuk kedepan dan belakang, maupun pada saat berputar kekiri dan kekanan.

c. Gejala – gejala tadi akan semakin bertambah berat terutama pada saat akan mengangkat beban berat, mengejan, bersin atau batuk. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perubahan struktur. Rasa sakit akan menjalar kebawah (bagian otot –otot belakang), otot – otot paha bagian belakang dan kadang – kadang dapat menimbulkan sensasi mati rasa atau kesemutan yang berat.

d. Pada tingkatan berat dapat mengakibatkan keluhan seperti lumpuh pada bagian pinggang sampai kaki. Hal ini terjadi karena terjepitnya saraf – saraf ditulang belakang, yang fungsinya sebagai pusat refleks gerak sederhana, sehingga terjadi kelumpuhan total.

E. Etiologi LBP

Menurut Rice (2002) Penyebab yang paling sering ditemukan yang dapat mengakibatkan LBP adalah kekakuan dan spasme otot punggung oleh karena aktivitas tubuh yang kurang baik serta tegangnya postur tubuh. Selain itu berbagai penyakit juga dapat menyebabkan LBP seperti osteoarthritis, osteoporosis, fibromyalgia, scoliosis, rematik.

a. Kekakuan dan Spasme Otot

Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik seperti pada saat mengangkat benda yang berat, saat mengikat tali sepatu, bahkan saat batuk atau bersin dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung. Kekakuan otot menyebabkan trauma punggung hingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.

b. Osteoartritis

Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya menjadi berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vertebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti waktu muda.Hal ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.

c. Fibromyalgia

Fibromyalgia adalah sindrom yang ditandai dengan nyeri kaku pada otot pada daerah ujung tendon, khususnya pada daerah punggung dan leher. Nyeri akan lebih berat dirasakan apabila penderita tidak melakukan aktivitas apa-apa. Nyeri akan berkurang ketika penderita melakukan aktivitas.

d. Scoliosis

Scoliosis merupakan kelainan bentuk tulang belakang yang dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada saat seseorang duduk sehingga dapat mengakibatkan LBP. Scoliosis juga terjadi pada anak-anak dimana penyebabnya tidak diketahui. Scoliosis pada orang dewasa didapat dari riwayat scoliosis saat kecil yang tidak diobati.

e. Rematik

Rematik merupakan gangguan akut dan kronik karena adanya inflamasi dan kekakuan pada sendi. Jika kekakuan terjadi pada daerah punggung maka nyeri akan menyebar yang pada akhirnya penderita mengalami LBP.

Etiologi low back pain dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus vertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang anulus fibrosis diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.

2. Penyakit Inflamasi

LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu artritis rematoid yang sering timbul sebagai penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara serentak atau selisih beberapa hari atau minggu, dan yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu dirasakan.

3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.

4. Kelainan Kongenital

Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebrae lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak selamanya benar. Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung arti patologik. Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae lumbalis.

5. Gangguan Sirkulatorik

Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan dapat menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi (Adelia,Rizma., 2007).

6. Fraktur vertebra (fraktur kompresi) dengan riwayat trauma, osteoporosis dan nyeri diatas vertebra.

7. Spondylolisthesis sering terjadi pada atlet muda (pesenam, pemain sepak bola, angkat besi) nyeri dengan ekstensi vertebra.

8. Penyakit malignansi (multiple myeloma), metastase akan memberikan tanda – tanda penurunan berat badan, serum protein elektroforesis positif dan ada riwayat penyakit keganasan.

9. Connective tissue disease (Systemic lupus crytematous) dengan gejala – gejala demam, laju endap darah naik, anti nuclear anti bodi positif, skleroderma dan rematoid arthritis.

10. Infeksi (discus, TB spinal) dengan gejala demam, riwayat TB positif.

11. Aneurisma artoabdominal dengan gejala rasa tidak nyaman dalam setiap posisi, tidak berkurang pada waktu istirahat dan ada massa pulsatif di perut.

12. Sindrom kauda equina (stenosis spinal) dengan gejala retensi urine, inkontinensia urine dan alvi, sadle anasthesia, kelemahan tungkai progresif.

13. Hyper parathyroidism dengan gejala insidious, hyper calsemia, batu ginjal, dan konstipasi.

14. Ankylosing spondylitis (morning stiffness). biasanya pada laki – laki umur 20 tahun, hLa B27 antigen positif, riwayat keluarga positif dan laju endap darah naik.

15. Nephrolitiasis dengan gejala kolik, hematuria dan tidak nyaman pada setiap posisi (Lamsudin, 2001).

Berdasarkan etiologi, menurut Braton RL (1999) mengelompokkan penyebab nyeri punggung sebagai berikut: (1) Nyeri punggung non spesifik, (2) Sciatica (herniated disc), (3) Fraktur spina (kompresi fraktur), (4) Spondylosis (5) Penyakit malignasi (multiple myeloma), (6) Connective tissue disease (systemic lupus erythematous), (7) Infeksi, (8) Aneurysma aortik abdominal (9) Syndroma cauda equine, (10) Hyperparathyroidsm, (11) Ankylosing spondilitis (12) Nephrolithiasis (Lamsudin R, 2001). Dari data yang ada lebih kurang 85% kasus nyeri punggung bawah adalah non spesifik. Kelainan yang mendasari nyeri punggung bawah ini ialah cedera otot atau ligamen, sprain, strain serta spasme otot (Wirawan 2004).

F. Patofisiologi LBP

Pinggang merupakan pengemban tubuh dari toraks sampai perut. Bagian belakang tersebut terdiri dari lumbal dan tulang belakang pada umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut diskus intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomik dan fisiologik. Bagian depan berupa korpus vertebralis dan diskus intervertebralis yang berfungsi sebagai pengemban yang kuat dan tahan terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya. Berfungsi sebagai penahan tekanan adalah nucleus pulposus.

Dalam keseluruhan tulang belakang terdapat kanalis vertebralis yang didalamnya terdapat medula spinalis yang membujur ke bawah sampai L 2. Melalui foramen intervertebralis setiap segmen medula spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan ventralisnya ke periferi. Di tingkat servikal dan torakal, berkas serabut tepi itu menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Namun di daerah lumbal dan sakrum berjalan secara curam ke bawah dahulu sebelum tiba di tingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal tersebut dikarenakan medula spinalis membujur hanya sampai L2 saja.

Otot-otot yang terdapat di sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio pada prosesus transversus atau prosesus spinosus. Stabilitas kolumna vertebrale dijamin oleh ligamenta secara pasif dan secara aktif oleh otot-otot tersebut. Ujung - ujung serabut penghantar impuls nyeri terdapat di ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan luar anulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior (Sidharta, Priguna, 2004).

G. Klasifikasi Low back Pain

Otot-otot punggung biasanya mulai letih setelah duduk selama 15-20 menit, sehingga mulai dirasakan LBP. LBP diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu kronik dan akut. LBP akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu. Sedangkan LBP kronik terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006).

Berdasarkan durasi simptomnya, nyeri punggung bawah dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu : akut (kurang dari 6 minggu), subakut (antara 6 – 12 minggu), kronis (lebih dari 12 minggu) (Lamsudin, 2001).

Berdasarkan dari tingkat keparahan nyeri punggung bawah menurut Imrie (1997) di bagi menjadi dua jenis yaitu :

a. Akut (gawat)

Sakit punggung yang akut datangnya tanpa bisa diduga sebelumnya dan terasa sakit sekali. Penyebabnya adalah karena melakukan sesuatu yang seharusnya tidak kita lakukan atau melakukan sesuatu dengan cara tidak benar. Sakit itu biasanya terasa hanya sebentar saja.

b. Kronis (menahun)

Sakit punggung jenis ini terjadi secara berulang – ulang, sedikit saja gerakan yang disebabkan oleh salah posisi dapat menyebabkan penyakit tersebut kambuh, dan biasanya nyeri punggung bawah jenis ini sulit diobati dan bahkan mungkin sulit disembuhkan.

Berdasarkan klasifikasi Kanner, nyeri punggung bawah dibagi atas :

1. NPB akut

a. Nyeri akut yang berpangkal pada tulang, yaitu : metastasis vertebra, osteoporosis, osteomyelitis vertebra, fraktur

b. Nyeri akut yang berpangkal pada otot dan atau syaraf, yaitu : syndromanyerimyofacial, nyeri radikuler tanpa kelainan spinal, HNP

2. NPB kronis

a. Nyeri Nosiseptif somatis, misal : peoses degeneratif pada spina dan atau diskus, spondilolisthesis, syndrome nyeri myofacial.

b. Nyeri Nosiseptif viseral, misal : nyeri rujukan dari organ pelvis, rongga retroperitoneal, kandung empedu, kelenjarp angkreas.

c. Nyer neuropatik,misal:spinalstenosis,neoplasma(tumor)

d. Nyeri Psikogenik, misal : histeris, depresi

3. Failed Low Back Syndrome

Nyeri berkepanjangan pasca terapi, secara khusus diartikan sebagai nyeri berkepanjangan pasca bedah atau komplikasi pembedahan

4. Non cancer chronic back syndrome

Nyeri yang disebabkan oleh sebab organik yang berkaitan dengan kesan nyeri yang abnormal (Noviar, 2008).

II. Faktor resiko

Pada umumnya NPB karena pekerjaan disebabkan oleh gangguan muskoloskeletal atau mekanikal, dan sebanyak 80 - 90 % dari gangguan tersebut karena ketegangan atau keregangan otot pada daerah lumbal (Lumbal strain atau sprain).

Faktor risiko yang turut mempengaruhi NPB dapat dikelompokkan berdasarkan faktor pekerjaan dan tenaga kerja. Factor pekerjaan antara lain jenis pekerjaan (sikap dan cara kerja), stress kerja, shift kerja, dan massa kerja. Factor tenaga kerja antara lain umur, indeks massa tubuh (IMT), merokok, olah raga, dan stress keluarga.

Nyeri punggung bawah berkaitan dengan seringnya mengangkat, membawa, menarik, dan mendorong barang (berat), sering atau lamanya membengkokkan badan, membungkuk, duduk dan berdiri lama, atau posisi postur tubuh lainnya yang tidak alami.nyeri punggung bawah juga dapat disebabkan oleh pekerjaan fisik berat yang membutuhkan energi atau kekuatan fisik yang berlebih. Nyeri punggung bawah juga berkaitan dengan faktor psikososial di lingkungan pekerjaan, seperti pekerjaan monoton, atau hubungan sosial yang kurang baik dengan teman sekerja ataupun atasan. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sikap membungkuk, memutar, dan tidak mengertinya tenaga kerja akan sikap kerja yang benar serta jenis pekerjaan itu sendiri merupakan faktor risiko utama sebagai penyebab NPB (Samara, 2005).

Faktor resiko terjadinya LBP karena tegangnya postur tubuh, obesitas, kehamilan, faktor psikologi dan beberapa aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar seperti mengangkat barang yang berat dan duduk yang lama. Duduk lama pada murid sekolah atau mahasiswa pada saat perkuliahan berlangsung juga dapat mengakibatkan terjadi nyeri punggung (Klooch, 2006).

Nyeri pinggang bawah dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko antara lain : Umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, jenis pekerjaan yang biasanya berkaitan dengan sikap tubuh tertentu (duduk, berdiri, mengangkat, mendorong, membengkokkan badan) dan masa kerja. Kebiasaan sehari – hari juga dapat merupakan faktor risiko terjadinya nyeri pinggang bawah antara lain kebiasaan merokok, konsumsi alcohol, olah raga, dan aktivitas rumah tangga sehari – hari. Faktor repetitif : vibrasi, paritas dan stress psikososial turut berperan terjadinya nyeri pinggang bawah (Wheeler AH, 2002).

Disitasi dari Idyan Zamna (2007), Faktor – faktor risiko LBP adalah :

A. Usia

Usia merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.

B.Kehamilan

LBP pada saat hamil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kelemahan otot-otot abdomen karena kehamilan. Selain itu pada masa pertengahan kehamilan massa uterus menjadi lebih berat sehingga pusat gravitasi ibu hamil berubah mengakibatkan postur ibu berubah sehingga dapat mengakibatkan LBP.

C.Stress psikososial

Adalah stress yang timbul oleh karena beban kerja, lingkungan kerja, dan masalah keluarga. (Samara, 2005), dimana menjadi pemicu terhadap keluhan low back pain dengan meningkatnya stress psikososial maka akan meningkatkan keluhan LBP.

D. Lama duduk

Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan, bila ini berlanjut terus, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus. Bila tekanan pada bantalan saraf pada orang yang berdiri dianggap 100 persen, maka orang yang duduk tegak dapat menyebabkan tekanan pada bantalan saraf tersebut sebesar 140 persen. Tekanan ini menjadi lebih besar lagi 190 persen bila duduk dengan badan membungkuk ke depan. Namun, orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang. Sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan, namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar (Samara, 2005)

Duduk adalah suatu posisi tubuh torso vertikal dengan beban badan bertumpu pada bokong (The Free Dictionary, 2006). Duduk dapat dimanfaatkan untuk beristirahat jika dalam posisi dan jangka waktu yang tepat. Dibanding dengan berdiri, duduk memberikan kenyamanan dan kestabilan. Duduk dengan posisi yang baik adalah postur tubuh dengan kepala tegak, lengan dan tungkai rileks serta dapat memberikan stabilitas yang baik. Posisi duduk sangat dipengaruhi oleh design kursi. Idealnya kursi yang baik adalah yang dapat mendukung postur tubuh pada saat duduk. (Idyan, Zamna., 2007), Menurut Chang (2006), ternyata, 60 % orang dewasa mengalami nyeri pinggang bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus.

Setelah duduk selama 15-20 menit, otot-otot punggung biasanya mulai letih. Maka, mulai dirasakan nyeri pinggang bawah. Penelitian terhadap murid sekolah di Skandinavia menemukan 41,6 persen yang menderita nyeri pinggang bawah selama duduk di kelas, terdiri dari 30 persen yang duduk selama satu jam, dan 70 persen yang duduk lebih dari satu jam (Samara, 2003).

Bila merasakan nyeri pinggang bawah, hal pertama yang perlu dilakukan adalah berdiri. Berelaksasi setiap 20-30 menit sangat penting untuk mencegah ketegangan otot. Berdiri dan meluruskan pinggang bawah beberapa kali sangat menolong. Jalan-jalan satu jam sekali juga sangat menolong mengurangi ketegangan otot.

Disitasi dari Idyan Zamna (2007), banyak orang yang menderita sakit punggung ternyata bermula dari kebiasaan salah yang mereka lakukan. Akibatnya, posisi dan fungsi organ-organ vital, khususnya di daerah perut ikut terpengaruh. Yang tak kalah penting postur tubuh yang baik juga membuat penampilan menjadi memikat sehingga meningkatkan rasa percaya diri. Duduk dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan LBP. Bekerja dengan komputer, bekerja di pabrik, dipasar, dirumah, tukang jahit, sopir, tukang sayur, murid sekolah juga tidak terlepas aktivitasnya dilakukan dengan duduk yang lama. Hal ini akan menyebabkan tulang punggung beserta jaringan tendon dan otot dipaksa untuk menyangga tubuh bagian atas secara berlebihan, sehingga terjadi kelelahan pada otot punggung, terutama otot – otot bagian lumbal (Badriah, 2002).

E. Posisi duduk

Samara (2004), mengemukakan bahwa posisi duduk baik tegak maupun membungkuk dalam jangka waktu lebih dari 30 menit dapat mengakibatkan LBP. Penyebab sakit nyeri punggung umumnya disebabkan peregangan otot atau ligmen karena postur tubuh ketika duduk dalam posisi tidak tepat. Nyeri punggung mulai terasa saat terjadi cedera, atau setelah terjadinya peradangan. Punggung yang baik memiliki tiga kurva, yaitu pada leher, punggung bagian atas, dan punggung bagian bawah. Oleh karenanya, otot bagian perut, otot paha, dan otot kaki harus kuat agar mampu menyangga kurva punggung yang baik. Punggung juga sangat sensitif terhadap ketegangan otot akibat stres sehari-hari. Dalam keadaan lemah dan kaku, otot punggung mengalami kejang, sehingga menyebabkan aliran darah yang mengangkut oksigen menjadi terhambat dan otot kekurangan oksigen. Akibatnya penderita mengalami nyeri yang semakin menyakitkan apabila tidak segera mendapat penanganan dari dokter.

Posisi duduk sangat menentukan kenyaman duduk sesorang. Dilihat dari sudut pandang antropometri posisi duduk yang salah akan mengakibatkan dampak negatif, yang akan berpengaruh buruk pada kenyamananya. Tinggi permukaan duduk lantai yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya hambatan dalam sirkulasi darah. Hambatan ini akan sangat berarti pada saat relaksasi mengingat jumlah pembuluh darah yang bekerja pada saat itu jauh lebih sedikit, sehingga hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan. Selain itu permukaan duduk tinggi akan menyebabkan telapak kaki tidak menapak lantai dengan baik, yang mengakibatkan berkurangnya keseimbangan duduk seseorang.

Sebaliknya tinggi permukaan duduk dari lantai terlalu rendah akan menyebabkan kaki melonjor kedepan dan cenderung menarik tubuh ke depan. Sehingga dengan keadaan ini akan mengurangi kemampuan kaki untuk memberi kestabilan pada tubuh. Panjang alas duduk juga faktor penting yang menunjang ketidaknyamanan duduk seseorang. Bila alas duduk terlalu panjang maka permukaan serta sisi depan kursi akan menekan popliteal, hal ini akan menghambat aliran darah ke kaki sehingga timbul iritasi dan ketidaknyamanan.

Panjang alas duduk yang terlalu pendek juga tidak baik karena seseorang cenderung merasa akan jatuh ke depan, disebabkan kecilnya daerah pada bagian bawah paha. Dilihat dari struktur penyangga tubuh (pantat), bahwa 75 % bobot tubuh manusia disangga oleh daerah ischial tuberosities seluas 4 inchi persegi. Akibatnya timbul tekanan kompresi yang sangat tinggi pada daerah di bawah pantat yakni tertekannya pembuluh darah kapiler beserta saraf pada pembuluh tersebut. Tekanan ini menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Dan apabila hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan gangguan peredaran darah.

Terkait dengan penerapan sikap kerja yang benar dan ergonomis. Tohamuslim dan Karhawikarta (1999) mendiskripsikan sikap kerja yang fisiologis ergonomis untuk posisi kerja badan duduk yaitu, pada prinsipnya harus sama dengan sikap duduk yang ergonomis. Sebaiknya perlu diperhatikan bahwa otot bahu harus dalam keadaan kontraksi minimal dan tidak menahan beban gelang bahu sehingga otot bahu dan leher bagian belakang atau otot tengkuk dan gelang bahu akan dirasakan tegang atau keras.

1. Posisi Duduk yang Baik

Buruknya postur tubuh, kegemukan (obesitas) dan gerakan yang kurang tepat selama bertahun-tahun, akan mengakibatkan kelainan pada otot dan diskus, bahkan dapat berakibat nyeri punggung. Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan karena beban disebarkan merata keseluruh bagian tulang belakang. Postur tubuh yang baik akan dicapai jika telinga, bahu, dan pinggul berada dalam satu garis lurus ke bawah.

Berdasarkan data British Chiropractic Association, sekitar 32% populasi dunia menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk duduk didepan meja kerja. Separuh dari populasi tersebut tidak pernah meninggalkan meja kerja, bahkan saat makan siang. Sementara itu, dua pertiga populasi menambah porsi duduk tegak saat berada di rumah.

Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan postur miring 135 derajat adalah posisi terbaik. Dalam posisi ini, tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, di mana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti huruf S.

Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi darah dibagian bawah tubuh, sehingga dapat terhindar dari gangguan varises, selulit, dan penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan di kaki. Tubuh akan terasa lebih rileks, sehingga mengurangi terjadinya ketegangan otot. Duduk dengan posisi kemiringan 135 derajat juga akan menghasilkan mobilitas yang lebih baik, mudah bergerak diatas kursi, dan lebih mudah untuk naik turun kursi. Sikap duduk yang benar adalah pertama duduk dengan sikap membungkuk ekstrem (a). Kemudian setelah beberapa detik, secara perlahan tegakkan punggung dan lengkungkan (b). (Jangan mempertahankan terlalu lama posisi ini karena dapat menyebabkan ketegangan otot punggung). Kemudian, relaksakan lengkung lumbal sekitar 10 persen agar sikap tubuh benar (c). Bekerjalah dengan sikap seperti ini selama duduk (Samara, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar