love ~ love ~ love ~love

love ~ love ~ love ~love

Selasa, 13 April 2010

KEAMANAN DAN PENCEGAHAN CEDERA SERTA PENANGANAN SELAMA MASA BAYI

Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Keamanan dan pencegahan cedera sangat penting diberikan pada orangtua atau anak untuk meminimalkan kecelakaan / bahaya pada anak. Metode pemberian keamanan / safety berbeda sesuai usia dan perkembangan anak.

1. Keamanan dan Pencegahan Cedera pada Masa Bayi
A. Aspirasi / tersedak
Tersedak adalah tersumbatnya trakea seseorang oleh benda asing, muntah, darah, atau cairan lain. Tersedak merupakan keadaan darurat medis.
  •  Cara pencegahan terjadinya sapirasi
  1.  Tidak menaruh benda kecil di tempat yang mudah dijangkau anak.
  2.  Potong kecil-kecil makanan seperti sosis, anggur, karamel, karena ukurannya potensial menyumbat jalan napas anak.
  3.  Anak di bawah 4 tahun hendaknya tidak diberi makanan (keras atau lembut) yang bisa menyumbat jalan napas seperti kacang, semangka berbiji, wortel mentah, popcorn, atau permen.
  4.  Para orang tua juga hendaknya memberi buah yang sudah dikukus bagi bayi yang mulai mengonsumsi makanan padat. Hal ini untuk memudahkan bayi yang masih belajar proses menelan.
  5.  Tunggui anak saat ia makan, ajari mereka untuk makan sambil duduk. Ajari anak untuk mengunyah yang benar, tidak makan sambil bicara atau berlari-lari.
  6.  Belilah makanan sesuai usia anak, ikuti petunjuk produsennya.
  7.  Bila bayi punya kakak, beri tahu sang kakak agar tidak sembarang menaruh mainan yang berukuran kecil. Pastikan tidak ada bagian mainan yang hampir patah atau lepas, misalnya mata boneka.
  8.  Beri tahu anak agar tidak menggigit-gigit ujung pensil saat menggambar.
  9.  Simpan kancing, biji-bijian, penutup jarum, dan objek kecil lainnya diluar jangkauan bayi.
  10.  Jangan memberi makanan bayi ketika bayi berbaring.
  11.  Periksa mainan anak akan adanya bagian-bagian yang terlepas.
  12.  Bila menggunakan bedak bayi, simpan diluar jangkauan.
  13.  Buang jauh wadah bahan racun yang digunakan.
  14.  Jangan menyimpan bahan toksik di wadah makanan.
  15.  Pertolongan pertama untuk tersedak adalah menghubungi rumah sakit atau puskesmas setempat menggunakan nomor telepon darurat, lalu membebaskan obstruksi saluran napas menggunakan perasat Heimlich dan/atau pernapasan buatan. Tindakan Heimlich pada bayi atau pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan dengan cara segera menelentangkan penderita dipangkuan penolong. Berikan pukulan ringan namun cepat pada punggung penderita diantara kedua tulang belikat sebanyak 4 kali (gambar 1). Lakukan upaya ini beberapa kali hingga penolong yakin benda asing penyebab tersedak telah keluar yang ditandai dengan membaiknya kesadaran penderita, tak tersumbatnya pernafasan yang mengakibatkan rasa lega pada bernafas , hilangnya bunyi mengi pada waktu bernafas. Segera rujukkan kerumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Intubasi adalah prosedur medis lanjutan yang diindikasikan untuk tersedak, yang dapat dilakukan oleh paramedis dalam bidang ini.

B. Sufokasi / mati lemas
Sufokasi atau mati lemas adalah bentuk asfiksia yang merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbondioksida (hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian

  • Cara pencegahan terjadinya sufokasi
  1.  Jangan meninggalkan anak di kamar mandi meskipun hanya sekejap. Jangan menitipkan bayi atau batita kepada kakaknya atau anak yang lebih besar beberapa tahun. Sering kali sang kakak lalai dan terlambat mengetahui adiknya sudah masuk air.
  2.  Tunggui anak selama mereka bermain di dekat air. Jangan tinggalkan mereka walaupun sekejap.
  3.  Tutup sumur dengan penutup yang agak berat dan tidak dapat dibuka atau digeser dengan mudah oleh anak.
  4.  Periksa lingkungan tetangga, apakah ada kolam, sumur, atau kolam ikan.
  5.  Bila di rumah ada kolam renang, pasang pagar pengaman di sekeliling kolam dengan pintu yang bisa menutup sendiri. Pasang pula pembatas antara rumah Anda dengan tetangga.
  6.  Jangan menaruh barang atau mainan di dekat kolam, karena akan menarik perhatian anak untuk mendekati kolam.
  7.  Jangan ada ember berisi air di sekitar anak.
  8.  Bila usia anak sudah cukup (6 – 7 tahun), daftarkan anak untuk mengikuti kursus berenang
  9. . Jatuh
  1.  Cara pencegahan terjadinya jatuh
  2.  Pasang selalu pagar keranjang bayi.
  3.  Jangan pernah meninggalkan bayi pada permukan yang tinggi tanpa pelindung.
  4.  Bila anda ragu dimana anda akan menempatkan bayi, gunakan lantai.
  5.  Dapat berguling.
  6.  Meningkatkan koordinasi tangan - mata dan refleks menggenggam volunter.
  7.  Restrain anak dalam kursi bayi dan jangan pernah meninggalkannya tanpa pengawasan ketika ia duduk di atas permukaan yang tinggi.
  8.  Hindari menggunakan kursi yang tinggi sampai anak bisa duduk dengan baik dengan ditopang.
  9.  Penanganan
  • PERTOLONGAN PERTAMA BAYI JATUH
  1. Hati-hati jangan langsung menggendongnya. Pastikan dulu bagaimana
  2. kondisinya! Jakarta mengenai manajemen kecelakaan pada anak yang
  3. sederhana, yaitu:
  4.  Menyaksikan langsung anak terjatuh.
  5.  Perhatikan bagian mana dari tubuh anak yang mengalami benturan.
  6.  Ingat proses jatuhnya, apakah langsung menghujam ke lantai atau
  7. terbentur sesuatu terlebih dahulu baru ke lantai.
  8.  Pastikan dari ketinggian berapa meter anak terjatuh dan media apa
  9. yang menjadi tempat pendaratannya.
  10.  Lihat dan perhatikan baik-baik kondisi si kecil. Apakah setelah
  11. jatuh langsung menangis dan menggerak-gerakkan semua anggota
  12. badannya? Jika ya, kita bisa langsung menggendong untuk
  13. menenangkannya. Setelah ia tenang, baru lakukan observasi.
  •  Adapun observasi yang perlu dilakukan adalah:
  1.  Cari dan ingat bagian-bagian mana saja yang lebam/benjol/ memar di
  2. seluruh anggota badan bayi. Jika menemukan benjolan di kepala atau
  3. memar di badan, boleh diobati dengan obat antitrauma oles. Jika pada
  4. bagian kepala tidak ditemukan lebam atau benjol, tapi bayi menangis
  5. saat dipegang, larikan segera ia ke rumah sakit terdekat.
  6.  Coba gerakkan kedua tangan bayi, ke samping, ke atas, ke bawah, ke
  7. depan, lalu rentangkan dan angkat-angkatlah. Jika ada keluhan
  8. pastikan di tangan yang mana dan saat dalam posisi seperti apa. Ini
  9. sebagai bahan untuk dilaporkan ke dokter.
  10.  Lakukan hal yang sama pada kaki.
  11.  Tengokkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri. Coba dekatkan dagu
  12. bayi ke dada secara perlahan. Jika ada keluhan catat sebagai laporan
  13. pada dokter.
  14.  Miringkan badan si kecil ke kiri dan ke kanan. Jika ada keluhan
  15. catat dan laporkan ke dokter.
  16.  Observasi perlu dilakukan selama 2×24 jam. Jika dalam kurun waktu
  17. itu ada keluhan, apalagi sampai muntah dengan menyembur, segera
  18. larikan ke rumah sakit terdekat.
  19.  Sebaliknya bila setelah jatuh dalam keadaan sadar tapi pasif
  20. (apalagi tidak menggerak-gerakkan anggota badannya) jangan
  21. mengangkatnya. Hubungi UGD rumah sakit terdekat atau 118 untuk minta
  22. pertolongan paramedis. Salah mengangkat dalam kondisi seperti ini
  23. dapat berisiko fatal.
  •  Jika menemukan si kecil sudah di lantai.
  1.  Perhatikan keadaan bayi; sadar atau tidak, menangis atau tidak,
  2. dapat menggerak-gerakkan anggota badan atau tidak. Jika ia tidak
  3. sadar atau sadar tapi pasif, ingat jangan menggendongnya, tapi
  4. segera minta bantuan paramedis terdekat, UGD atau 118.
  5.  Perhatikan dalam posisi seperti apa si kecil saat ditemukan.
  •  Jika dalam keadaan tengkurap kemungkinan besarnya aman. Tapi kita
  1. mesti melakukan pemeriksaan seputar bahu, kedua tangan, dada dan
  2. kaki. Caranya gerakkan tangan ke atas, depan, samping. Jika ada
  3. keluhan sakit segera bawa ke dokter.
  •  Jika dalam keadaan telentang.
  1. Periksa dan perhatikan daerah kepala
  2. bagian belakang, leher, punggung, dan panggul, mulai dari tanda
  3. lebam atau merah, hingga keluhan sakit saat disentuh dan digerakkan
  4. seperti yang telah disebutkan di atas. Pastikan bayi tidak muntah
  5. atau mengalami penurunan kesadaran dalam 2×24 jam. Jika ada keluhan
  6. segera larikan ke dokter.
  •  Jika bayi ditemukan dalam posisi miring, kanan atau kiri.
  1. Perhatikan dan periksa kepala, tangan yang menjadi tumpuan badan,
  2. juga kaki. Lakukan pemeriksaan seperti yang disebutkan di atas. Jika
  3. ada keluhan segera larikan ke dokter.
  4.  Jika ditemukan dalam posisi duduk. Periksa dan pastikan bayi masih
  5. sadar, biasanya menangis, dan mampu menggerakkan anggota badan.
  6. Periksa bagian panggulnya, ada tidak tanda memar, merah, atau sakit
  7. saat dipegang atau digerakkan. Jika ya segera larikan ke dokter.
  •  Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan
  1.  Dalam posisi apa pun jatuhnya si kecil, jangan lupa melakukan
  2. pemeriksaan mata. Baiknya menggunakan senter:
  3.  Masih bereaksikah saat kita senter matanya, mengedip, menutup
  4. matanya atau kaget. Jika tidak bawa segera anak ke rumah sakit.
  5.  Gerakan senter ke kanan dan ke kiri, masih mampukah bayi mengikuti
  6. gerakan sinar. Jika tidak ia harus segera dilarikan ke rumah sakit.
  7.  Perhatikan pupil matanya, apakah pupil mata yang kiri dan kanan
  8. sama besar/kecilnya saat kita senter satu per satu. Jika sama kita
  9. bisa bernapas lega. Bila tidak, bayi perlu menjalani pemeriksaan
  10. lebih lanjut, seperti CT Scan.
  11.  Ukur dan pastikan si kecil jatuh dari ketinggian berapa. Sebab
  12. semakin tinggi pastinya gaya gravitasi bumi akan lebih kuat menarik
  13. si anak. Tentu efek yang ditimbulkan pun semakin besar.
EFEK POSISI JATUH
Di bawah ini kemungkinan- kemungkinan yang bisa terjadi pada bayi
saat terjatuh. Dengan pengetahuan ini diharapkan orangtua bisa lebih
memahami kondisi bayi bila terjatuh dan mampu melakukan pertolongan
pertama yang benar:
  •  Jika kepala terlebih dahulu yang membentur lantai
Di sebelah mana pun benturan itu terjadi selama masih di kepala,
kita perlu mewaspadainya. Tulang tengkorak bayi masih rapuh dan ia
belum memiliki refleks untuk menahan dengan baik. Kemungkinan yang
bisa terjadi, bayi mengalami fraktur atau retak/patah tulang
tengkorak kepala, atau perdarahan di luar tengkorak atau di dalam
tengkorak.
 Perdarahan di luar dapat ditandai dengan adanya benjol/memar. Selama
tidak ada fraktur, kondisi ini bisa dikatakan tidak parah. Rabalah
ubun-ubunnya apakah menjendol atau tidak. Ubun-ubun yang menjendol
menjadi tanda adanya peningkatan tekanan dalam otak yang dapat
terjadi karena edema otak atau perdarahan.
 Harap diketahui, bila tidak ditemukan benjolan/memar, tapi bayi
menangis (atau justru tidak menangis dan langsung tertidur), tidak
sadarkan diri, mengalami kejang/muntah- muntah (yang menyembur bukan
gumoh), ada kecurigaan bayi mengalami perdarahan di dalam tengkorak
kepalanya. Segera larikan ke rumah sakit terdekat.
  •  Jika dada terlebih dahulu yang membentur permukaan
 Kalau tempat mendaratnya datar, kemungkinan risiko bayi untuk cedera
lebih sedikit. Sebaliknya, tempat mendarat yang tidak mulus atau ada
tonjolan yang tepat mengarah ke dadanya dapat mengakibatkan
fraktur/parah tulang iga atau rusuk yang patahannya dapat mengenai
organ paru-paru atau jantungnya. Untuk itu perhatikan apakah si
kecil dapat bernapas secara normal atau tidak.
 Umumnya jika bagian dada terlebih dahulu yang “mendarat”, secara
alami tangan akan membuat perlindungan terlebih dahulu. Karena itu
periksa juga kondisi tangan dan bahu bayi. Apakah ada pergelangan
tangannya mengalami patah atau adakah sendi yang keluar (dislokasi)
dari tempatnya. Periksa juga bagian kepala, khususnya dahi. Biasanya
saat mendarat, sekalipun dada terlebih dahulu, kepala langsung
menyusul membentur lantai.
  •  Jika panggul terlebih dahulu yang mendarat
 Kemungkinan besar bayi akan mengalami dislokasi atau fraktur tulang
panggul. Karena panggul berhubungan langsung dengan tulang belakang,
dikhawatirkan ada saraf-saraf yang terjepit. Jika yang terjepit
saraf kaki biasanya si kecil tidak bisa menggerakkan kakinya alias
lumpuh.
  •  Jika yang mendarat kaki terlebih dahulu
 Kejadiannya pada tiap bayi bisa berbeda. Jika ia sudah bisa berdiri
pasti akan menahan tubuhnya dengan kaki lalu jatuh bersimpuh. Risiko
kasus ini adalah dislokasi atau keseleo. Pada bayi di bawah 6 bulan
meski belum mampu menahan tubuhnya, secara alami badan bayi akan
terjatuh ke depan dan sebelum mendarat tangannya akan menjadi
bumper.
  •  Jika yang mendarat bokong duluan
 Berbahaya karena kaitannya langsung dengan tulang belakang dan dapat
mengakibatkan patah pada tulang punggung bayi. Risiko lain, bila ada
saraf yang terjepit bisa mengakibatkan kelumpuhan. Bayi yang
ditemukan terjatuh pada posisi seperti ini jangan digendong. Biarkan
paramedis yang melakukan pertolongan. Tapi jika si kecil sadar dan
bisa aktif kita bisa langsung menggendongnya.
  •  Jika yang mendarat terlebih dahulu punggung
 Menjadi bahaya jika saat mendarat posisi leher ikut
terlipat/tertekuk karena bisa mengakibatkan keseleo dan fraktur
tulang leher. Bila bayi dalam keadaan tidak sadar jangan mencoba
mengangkatnya. Langkah yang bisa kita lakukan adalah minta bantuan
paramedis di UGD di rumah sakit atau 118.

D. Luka bakar
  •  Cara pencegahan terjadinya luka bakar
  1.  Pasang detector asap di rumah.
  2.  Gunakan kewaspadaan jika formula penghangat berada dalam oven microwave, periksa dahulu temperature cairan sebelum memberi makan.
  3.  Periksa air mandi.
  4.  Jangan menuangkan air panas bila berada di dekat bayi seperti duduk di pangkuan.
  5.  Perhatikan abu rokok yang dapat menjatuhi bayi.
  6.  Jangan meninggalkan bayi di bawah sinar matahari lebih dari beberapa menit, pertahankan agar area yang terpajan tetap tertutup.
  7.  Jangan meninggalkan anak di mobil yang sedang diparkir.
  8.  Periksa permukaan panas restei mobil sebelum anak menempatkan anak di kursi.
  •  Cara penanganan
  • Pertolongan pertama Segera siram dengan air dingin yang mengalir, Paling tidak 10 menit Lepaskan pakaian yang menutup luka bakar tsb. Lepaskan ikat pinggang, Cincin, kalung, benda2 Yang menempel. LUKA BAKAR JANGAN DILAKUKAN
  •  mengoleskan mentega
  •  kecap
  •  pasta gigi
  •  memecahkan gelembung2 luka
  • Pastikan bahwa panasnya air cukup untuk mandi bayi / anak POTENSIAL TERJADI LUKA BAKAR/ KULIT MELEPUH

E. Kejang
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).

  • Penanganan
Pada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
Penatalaksanaan Umum terdiri dari :
1 Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati
2 Memonitor pernafasan dan denyut jantung
3 Usahakan suhu tetap stabil
4 Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain
5 Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena
Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.
Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan
1 Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya
2 Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan
3 Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar