love ~ love ~ love ~love

love ~ love ~ love ~love

Rabu, 14 April 2010

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

a. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar untuk kesembuhan pasien atau terapi. Komunikasi terapeutik ini termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dan klien, (Purwanto, 1998).

Komunikasi terapeutik dapat terjadi bila proses komunikasi dapat berjalan baik. Proses komunikasi terdiri dari pengirim pesan, penerus pesan, media, dan umpan balik. Semua perilaku individu (pengirim dan penerima) adalah komunikasi yang akan memberikan efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal maupun non verbal, (Alimul, 2003).


b. Fungsi

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerjasama antara perawat – klien dan melahirkan hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat, (Purwanto, 1998)

c. Tujuan

Tujuan komunikasi terapeutik adalah:

1) Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diutarakan.

2) Mengurangi keraguan atau membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri, (Keliat, 1993)

.

d. Bentuk komunikasi terapeutik

Menurut Potter and Perry ( 2005 ), bentuk komunikasi terdiri dari :

1. Komunikasi verbal

Meliputi kata – kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata – kata adalah media atau simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan, menimbulkan respons emosional, atau menggambarkan obyek observasi, kenangan, atau kesimpulan.

2. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata – kata, dan merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada orang lain.


e. Jenis komunikasi terapeutik

Wilson dan Kneist (1992) juga Stuart dan Sundeen (1998) menyatakan beberapa jenis komunikasi terapeutik, yaitu :

  1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien.

  1. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

  1. Menanyakan pernyataan yang berkaitan

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien. Oleh karena itu pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata – kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya klien.

  1. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri

Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

  1. Mengklarifikasi

Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata, ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian.

  1. Memfokuskan

Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah yang penting.

  1. Menyatakan hasil observasi

Perawat harus memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatan sehingga klien dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak. Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.

  1. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak dibenarkan memberikan nasihat kepada klien ketika memberikan informasi, karena tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.

  1. Diam

Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode ini memerlukan ketrampilan dan ketepatan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam berguna pada saat klien harus mengambil keputusan.

  1. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.

  1. Memberikan penghargaan

Penghargaan jangan sampai menjadi beban untuk klien. Dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Selain itu teknik ini tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang sebaliknya buruk.

  1. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan

Memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam interaksi ini, perawat dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa beliau diharapkan untuk membuka pembicaraan.

  1. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini juga mengidentifikasi bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi pembicaraan.

  1. Menempatkan kejadian secara berurutan

Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawatan dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya yang merupakan akibat dari kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan pola kesukaran interpersonal.

  1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Sementara itu perawat harus waspada terhadap gejala ansietas yang mungkin muncul.

  1. Refleksi

Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan dan memikirkan dirinya sendiri.


f. Sikap komunikasi terapeutik

EGAN (dikutip dari Keliat, 1993. h 16-17) mengidentifikasi 5 sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik, yaitu :

  1. Berhadapan

Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

  1. Mempertahankan kontak mata

Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

  1. Membungkuk ke arah klien

Posisi ini menunjukkan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

  1. Mempertahankan sikap terbuka

Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

  1. Tetap relaks

Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respon pada klien.


g. Unsur – unsur komunikasi terapeutik

1) Sumber proses komunikasi

Yaitu pengirim maupun penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengirim.

2) Pesan – pesan yang disampaikan dengan menggunakan penyandian yang baik yang berupa bahasa verbal maupun non verbal.

3) Penerima

Yaitu orang yang menerima pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber, sehingga dapat diketahui mengerti tidaknya suatu pesan.

4) Lingkungan waktu komunikasi berlangsung, yang dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran penyampaian pesan melalui indera manusia, yaitu: pendengaran, penglihatan, pengecapan, dan perabaan, (Purwanto, 1998).


h. Fase – fase komunikasi terapeutik

Menurut Stuart and Sudeen (1998), fase – fase komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut :

1. Tahap preinteraksi

Fase preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengekplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien.

2. Fase orientasi

Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat – klien. Dalam memulai hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan dan penerimaan, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak dengan klien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai berikut: memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama perawat, menanyakan panggilan kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.

1) Fase kerja

Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana.

2) Fase terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik), mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.


i. Komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan

Komunikasi memegang peranan penting pada setiap tahapan proses perawatan, (Purwanto, 1998) yaitu:

1) Pengkajian

a. Menentukan kemapuan seseorang dalam proses informasi.

b. Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.

c. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.

d. Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.

e. Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.

f. Menentukan apakah pasien memperlhatkan sikap verbal dan non verbal yang sesuai.

g. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan.

2) Rencana tujuan

a. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.

c. Meningkatkan harga diri pasien.

d. Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.

e. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

3) Implementasi

a. Memperkenalkan diri kepada pasien.

b. Mulai interaksi dengan pasien.

c. Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.

d. Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.

e. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien .

4) Evaluasi dari hasil yang diharapkan

a. Pasien dapat mengembangkan kemapuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.

b. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.

c. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar